Kemelut di Majapahit
(Rahma Azizah)
Fajar
menyingsing di pagi hari seakan menandakan terbitnya awal kebahagiaan bagi
Raden Wijaya yang berhasil menjadi raja pertama di kerajaan Majapahit serta
diberi gelar Kertarajasa Jayawardhana. Namun dengan demikian beliau tidak
melupakan jasa-jasa para senopati yang setia dan banyak membantu beliau sejak
dari dulu, dan sebagai penghargaannya Raden Wijaya memberi pangkat kepada mereka.
Akan
tetapi guncangan pertama Raden Wijaya yang mempengaruhi kerajaan adalah ketika
sang Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara. Setelah
mengawini semua putri mendiang raja Kertanegara Raden Wijaya telah mengawini
lagi seorang putri dari melayu.
Keempat
putri yang diperistri oleh Raden Wijaya, yang pertama bernama Dyah Tribunan
yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, yang ketiga
yaitu Dyah Jaya Indradewi dan yang terakhir adalah Dyah Gayatri yang merupakan
istri yang paling terkasihnya.
Pada masa
itu, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh prabu Kertanegara
ke negeri Melayu. Pasukan ini dinamakan Pamaluyu yang dipimpin oleh seorang
senopati yang gagah dan perkasa bernama Anabrang. Namun pada saat itu, Prabu
Kertanegara memberi nama Mahisa Ananbrang karena mengingat akan tugasnya yaitu
menyebrang (anabrang) negeri Melayu. Pasukan tersebut berhasil membawa seorang
putri Melayu yang bernama Dara Petak.
Terjadilah
persaingan antara Dyah Gayatri dan Dara Petak kerena mereka mempunyai paras
yang sangan cantik jelita. Persaingan ini terjadi karena mereka memperebutkan
perhatian dan cinta kasih yang akan mengangkat derajat dan kekuasaan
masing-masing.
Akan
tetapi Ronggo Lawe lebih berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun tidak ada terjadi
hal-hal yang lebih hebat dari pengangkatan patih Hamangkubumi yaitu patih
Mojopahit yang diangkat oleh sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan
paling berkuasa sesudah raja yaitu senopati Nambi.
Pengangkatan
ini banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar pengangkatan ini,
marahlah adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar ini beliau sedang makan yang
dilayani oleh kedua istrinya yang bernama Dewi Mertorogo dan Tirtawati. Seorang
penyelidik menghadap kepada Ronggo Lawe saat sedang makan, Ronggo Lawe pun
marah bukan main, nasi yang sedang dikepalnya dilempar ke atas lantai dan
menggunakan kekuatan Aji Kadigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas kedalam
lantai.
"Kakangmas
adipati...Harap paduka tenang..." Dewi Mertorogo menghibur
suaminya."Ingatlah kakangmas adipati... sungguh merupakan hal yang kurang
baik mengembalikan berkah Ibu pertiwi secara itu...!"Tirtawati juga
memoeringatkan . Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri."Aku harus
pergi sekarang juga!"katanya."Pengawal lekas siapkan si Mega Lamat
didepan! Aku akan ke Majapahit sekarang juga!" Namun semua cegahan
istrinya sama sekali tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu.
Pada waktu
itu, sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan panggawa. Datanglah
Ronggo Lawe dan merekapun terkejut sekali melihat Ronggo Lawe menghadap raja
tiba-tiba. Didalam kemarahan dan kekecewaan Adipati Ronggo Lawe masih ingat
untuk menghancurkan sembahnya, Ronggo lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang."Hamba
sengaja datang menghadap paduka untuk mengingatkan paduka dari kekhilafan yang
paduka lakukan diluar kesadaran paduka!"Sang Prabu sendiri memandang
dengan mata penuh perhatian kemudian dengan suara tenang,"Kakang
RonggoLawe apakah maksudmu dengan ucapan itu?".
"Yang hamba
maksud tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai patih paduka!"
Wajah
Patih Nambi sebentar pucat sebentar merah, kedua tangannya dikepal dan dibuka
dengan jari gemetar. Lembu Sora, senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar memandang
dengan mata terbelalak. Akan tetapi, sang Prabu tetap tenang dan
tersenyum,"Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat Kakang Nambi sebagai
Patih Hamangkubumi bukanlah tindakan ngawur belaka, sudah kupikirkan
matang-matang, bahkan telah mendapatkan persetujuan dari semua paman dan kakang
senopati dan semua pembantuku. Bagaimana kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan
bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan adil?"Ronggo Lawe berkata
lantang."Tentu saja tidak tepat, Paduka tahu siapa si Nambi itu dan masih
ingat akan segala sepak terjang dan tindak tanduknya dahulu!"
Tiba-tiba
Nambi pun berdiri dan berteriak."Wahai Sang Prabu ucapan Ronggo Lawe itu
semua tidak benar dia memfitnah saya agar sang Prabu tidak menyukai saya, dia
hanya iri dengan pengangkatan saya sebagai Patih Hamangkubumi."Sang Prabu
berkata,"Sudah kalian tidak perlu membahas masalah ini lagi, karena saya
tidak akan merubah keputusan saya."Akhirnya dengan berat hati Ronggo Lawe
meninggalkan tempat permusyawarahan. Ronggo Lawe sangat marah dengan keputusan
tersebut dan langsung mengubrak abrik halaman kerajaan. Kemudian Nambi
menghampiri dan berkata."Kamu tidak bisa mengalahkanku karena sang Prabu
sudah tidak mempercayaimu bahwa aku dan ratu Dara Petak akan menghancurkan
kerajaan Majapahit."
Tetapi
pada saat itu Nambi tidak mengetahui bahwa pembicaraan dengan Ronggo Lawe
tersebut terdengar oleh salah satu prajurit kerajaan. Prajurit itu langsung
melaporkan pembicaraan itu kepada Raja Kertarajasa. Setelah mendengar semua
yang dilaporkan oleh prajurit Raja langsung memerintahkan semua Prajurit dan
panggawa untuk membunuh Nambi dan Dara Petak untuk dijadikan makanan harimau
kerajaan karena telah berkhianat kepada raja.
Sang Prabu
pun meminta maaf kepada Ronggo Lawe dan sebagai tanda maafnya sang Prabu
mengangkat Ronggo Lawe sebagai Patih Hamangkubumi.
Setelah
Ronggo Lawe menjadi Patih Hamangkubumi, Kerajaan Majapahit pun hidup dengan
aman, damai dan tentram.
No comments:
Post a Comment