Sunday 16 September 2018

Kemelut di Majapahit


Kemelut di Majapahit
Pada zaman dahulu, tepatnya di Kerajaan Majapahit Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati yang setia dan  banyak membantunya termasuk Ronggo Lawe  yang diangkat sebagai adipati di Tuban. Hubungan raja antara jungjunan dan para pembantunya amatlah erat.
Raja Kertajasa mempunyai empat putri dan keempat putrinya itu dinikahi oleh sang Prabu , tetapi ada hal yang mempengaruhi hubungan nya itu ketika sang Prabu menikahi putrid mendiang Raja Kertajasa yang ke empat  untuk dijadikannya yang kelima putri itu bernama Dara Petak yang berasal dari Melayu.
Isti sang Prabu yang ke empat yaiti Dyah Gayatri menjadikan Dara Petak sebagai saingan baginya dan disitulah mulai terjadinya persaingan antara istri –istri sang Prabu secara diam-diam untuk bisa mengambil hati sang prabu.
            Lalu ada suatu hari yang membakar hati Ronggo Lawe yaitu pengangkatan Patih Hamangkubumi  yaitu patih kerajaan majapahit yang diangkat oleh sang prabu menjadi pembesaran yang tertinggi  dan paling berkuasa sesudah raja yaitu  senopati Nambi. Didalam kemarahan dan kekecewaan , Adipati Ronggo Lawe masih ingat menghantarkan sembahnya, tetapi setelah semua salam susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe  menyembah dan berkata dengan suara lantang”Hamba sengaja datang menghadap paduka untuk mengingatkan paduka dari kehilafan yang paduka lakukan diluar kesadaran paduka !” sang prabu sendiri memandang dengan mata penuh perhatian, kemudian dengan suara tenang  beliau bertanya,”Kakang ronggo Lawe, apa maksudmu dengan ucapan itu?”
“yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai patih paduka ! keputusan yang paduka ambil insi sungguh-sungguh tidak tepat, tidak bijaksana dan hamba yakin bahwa paduka tentu telah terbujuk Hamangkubumi sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal paduka terkenal sebagai seorang maharaja yang arif, adil dan bijaksana !” Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe ini!” seorang adipati tanpa dipanggil berani dan menghadap sang PRabu dan melontarkan teguran-teguran seperti itu.
Akan tetapi, sang Prabu tetap tenang, bahkan tersenyum memandang ronggo lawe lalu berkata dengan halus”Kakang Ronggo Lawe, tindakan ku mengangkat Nambi sebagai patih  Hamangkubumi,bukanlah merupakan tindakan ngawur belaka, melainkan telah merupakan suatu keputusan yang telah dipertimbangkan masak-masak, bahkan telah mendapat persetujuan dari semua paman dan kakang senopati  dan semua pembantu bagaimana kakang ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak adil”? Dengan muka merah dan penuh amarah Ronggo Lawe  berkata langtang”tentu saja tidak tepa ! paduka sendiri tau siap si Nambi itu !” paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindakan-tindakan nya dahulu ! dia seorang yang bodoh, lemah, rendah, budi,penakut sama sekali tidak memiliki wibawa.
Ronggo Lawe  terus mencaci maki karena ia tidak bisa menerima atas keputusan  Sang Prabu  mengangkat Nambi  sebagai patih Hamagkubumi. Hari demi hari  Ronggo Lawe  bekerja tidak karuan, uring-uringan dan  sebagainya. Berita tersebut diketahui oleh Rja , lalu suatu hari raja memanggil Rongo Lawe untuk menyampaikan sesuatu  yang penting akhirnya raja memutuskan untuk memecat Ronggo Lawe dari kerajaan Majapahit.


No comments:

Post a Comment

contoh surat jual beli tanah

SURAT JUAL BELI MUTLAK TANAH SAWAH Yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing bernama Odah, tempat di kampung  ......... Rt 02...