Sunday 16 September 2018

Kemelut di majapahit


KEMELUT DI MAJAPAHIT
(Penyadur Selly Andini Nurannisa)
Sekitar tahun 1295, di pagi hari yang cerah hari yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh Raden Wijaya. Hari dimana sebagai jawaban dari hasil jerih payah Raden Wijaya bersama senopati-senopatinya. Di hari inilah Raden Wijaya diangkat menjadi Raja pertama kerajaan Majapahit yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Setelah pengangkatan Raja ini selesai tinggal para senopati yang diberi pangkat dan ditempatkan di daerah-daerah kekuasaan Majapahit.
Kehidupan Raja pun dimulai dengan menikahnya sang Raja dengan keempat Putri mendiang Raja Kertanegara. Keempat putri itu ialah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, Dyah Nara Indraduhita, Dyah Jaya Indradewi, dan Dyah Gayatri yang juga disebut Retno Sutawan atau Jayapatni yang berarti "terkasih". Karena Rajapatnilah istri yang paling dikasihi Raja. Kecantikannya memang sudah terkenal diseluruh negeri dan banyak mendapatkan pujian cantik jelita seperti Dewi dari Kahyangan.
Menikahlah lagi Sang Prabu dengan Dyah Dara Petak yang setelah menikah kemudian diberi nama Sri Indraswari putri dari negeri Melayu yang dibawa oleh Kebo Anabrang atau Mahisa Anabrang sebagai hasil dari ekspedisinya ke negeri Melayu. Dara Petak inilah yang menjadi saingan paling berat dari Dyah gayatri karena Dara Petak memang cantik jelita dan pandai dalam membawa diri.
Selang waktu beberapa bulan pemerintahan kerajaan berjalan, para istri Sang Prabu saling berlomba satu sama lain untuk memperoleh simpati dan perhatian Sang Prabu. Walaupun persaingan ini dilakukan tanpa sepengetahuan Sang Prabu tetapi para senopati sendiri amat merasakan persaingan ini. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu persaingan inipun akhirnya mereda karena segan dengan sikap Sang Prabu yang bijaksana.
Di pagi yang cerah dikediaman Ronggo Lawe, seperti biasanya Ronggo Lawe makan dilayani oleh kedua orang istrinya yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati. Suasana pagi yang cerah seolah-olah berubah menjadi pagi yang kelam ketika Ronggo Lawe mendengar berita akan pengangkatan Patih Hamangku Bumi yaitu pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa sesudah Raja yang akan dijabat oleh Senopati Nambi.
Pengangkatan Senopati Nambi ini benar-benar membuat Ronggo Lawe memuncak amarahnya. Tak memikirkan lapar dan dahaganya lagi Ronggo Lawe bergegas menuju istana. Walaupun kedua istri Ronggo Lawe terus berusaha untuk mencegahnya pergi dan mencoba meredam amarah Ronggo Lawe, tetap saja amarah Ronggo Lawe seperti sudah diujung tanduk dan tidak memperdulikan lagi apa yang orang lain katakan.
Tanpa dipanggil dan tanpa izin dari Sang Prabu, Ronggo Lawe menghadap di ruang pertemuan. Semua penghadap adalah para senopati dan punggawa mereka juga adalah kawan-kawan seperjuangan Ronggo Lawe. Setelah semua tata susila kepada Sang Prabu selesai barulah ia melontarkan teguran-teguran kepada Sang Prabu atas tindakannya dalam mengangkat Senopati Nambi sebagai Patih Hamangku Bumi, tanpa memperdulikan lagi reaksi orang terhadap semua ucapannya.
Suasana diruangan itupun tiba-tiba berubah tegang dan takut. Semua orang menjadi bingung dan kesal akan tindakan Ronggo Lawe tersebut, mereka bingung harus berbuat apa jika mereka melawan, mereka masih menghormati tindakanSang Prabu. Mereka hanya menunggu tindakan apa yang akan dilakukan Sang Prabu kepada Ronggo Lawe. Akhirnya keputusanpun ditentukan bahwa Ronggo Lawe akan tegurannya itu tidak diterima, karena keputusan Nambi diangkat menjadi Patih Hamangku Bumi melalui keputusan bersama dengan senopati-senopati lainnya. RonggoLawe pun pergi meninggalkan istana dengan hati yang kecewa.
Hari demi haripun berganti, seperti kata pepatah " sepintar-pintar bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga". Sepandai-pandainya Dara Petak menutupi kejahatannya Rajapun mengetahui semua kejahatan yang dilakukannya bersama Nambi. Mereka berdua dihukum gantung di depan seluruh rakyat, hukuman ini dijadikan pelajaran untuk para rakyatnya agar tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh Dara Petak dan Nambi tersebut. Dan sebagai balasan dari kesetiaan Ronggo Lawe Sang Prabupun memberikan gelar Patih Hamangku Bumi kepadanya.
Setelah semua rintangan dan masalah ini terlewati dengan berat, keadaan kerajaan menjadi lebih tentram dan damai. Kerajaanpun lebih penuh akan warna dan kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment

contoh surat jual beli tanah

SURAT JUAL BELI MUTLAK TANAH SAWAH Yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing bernama Odah, tempat di kampung  ......... Rt 02...