Saturday 15 September 2018

kemelut di majapahit


KEMELUT DI MAJAPAHIT
(editor: Ayu Dita Fauziah)
Setelah Raja Majapahit bergelar Kertarajasa jayawardhana, dia tidak melupakan jasa kepada senopati. Dan mengangkat Ronggo Lawe sebagai adipati, sang prabu telah menikahi empat orang putri Raja Kertanegara.
Datanglah pasukan pamalayu yaitu senopati perkasa bernama kebo anabrang yang telah berhasil menjalankan tugasnya menyebrang ke pamalayu dan membawa dua orang putri bernama Dara Petak, sang prabu kertarajasa terpikat kepada seorang putri yaitu Dara Petak karena kecantikannya yang mengalahkan semua istrinya, istri muda ini bernama sri indraswari.
Persaingan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang istri istri sang prabu semakin sengit dan mulai terjadi perpecahan secara perlahan. Ronggo Lawe adalah seorang kepercayaan Raden wijaya ketika telah menaklukan harta negara.
Dari berbagai pengaruh oleh bujukan Dara Petak, diangkat adipati nambi sebagai orang kedua sebagai orang kedua setelah raden wijaya. Adipati Ronggo Lawe sangatlah marah besar setelah mendengar adipati nambi sebagai orang kedua setelah raden wijaya, padahal adipati nambi menurut adipati ronggo lawe bukanlah orang yang baik untuk dijadikan sebagai senopati, dia bukan lah orang yang pintar semuanya terkejut ketika ronggo lawe berbicara secara lantang kepada sang prabu, tetapi sang prabu menanggapinya dengan tenang dan tersenyum karena adipati nambi ini sudah melalui persetujuan senopati dan pembantunya.
Dan akhirnya setelah ronggo lawe menghasut raden wijaya, patih nambi diturunkan pangkatnya dan ronggo lawe dijadikan patih.



Kemelut di Majapahit
Editor : Doni Romdoni
     Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana,semua perwira yang setia dan banyak membantu Raden wijaya diangkat dan diberi pangkat.
     Sejak perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi Raja,hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya amatlah erat dan baik,dan sang prabu telah menikahi empat putri Raja Kertanegara.
     Datanglah pasukan pamalayu yaitu senopati perkasa bernama Kebo Anabrang yang telah berhasil menjalankan tugasnya menyebrang ke pamalayu dan membawa dua orang putri bernama Dara Petak,sang Prabu Kertarajasa terpikat terhadap Dara Petak karena kecantikanya yang mengalahkan semu istrinya,istri muda ini bernama Sri Indraswati.
     Persaingan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang istri-istri sang prabu semakin sengit,mereka berlomba lomba meraih simpati Raden Wijaya.
     Orang yang di adu dombakan oleh para istri Raja yaitu orang kepercayaan Raden Wijaya yang bernama Ronggo Lawe. Ronggo Lawe adalah orang yang berhasil menaklukan Kertanegara.
     Dari berbagai pengaruh bujukan Dara Petak,diangkatlah seorang Adipati yang bernama Nambi sebagai orang kedua setelah Raden Wijaya. Ronggo Lawe sangatlah marah setelah mendengar Nambi diangkat menjadi orang kedua setelah Raden Wijaya. Menurut Ronggo Lawe Nambi bukanlah orang yang baik untuk dijadikan senopati dan dia bukanlah orang yang pandai.
     Semuanya terkejut ketika Ronggo Lawe berbicara secara langsung kepada sang prabu. Tetapi,sang prabu menanggapinya dengan tenang dan tersenyum karena pengangkatam Nambi ini sudah melalui persetujuan Senopati dan paa pembantunya.
     Tetapi,setelah melewati beberapa tahap kejadian,Raden Wijaya melihat bahwa Nambi tidaklah pantas dijadikan sebagai patih,kemudian Ronggo Lawe pun diangkat menjadi Patih dan Nambi diberhentikan.

     Setelah Adipati Ronggo Lawe diangkat menjadi patih maka semua keadaan kerajaan menjadi aman dan damai.


KEMELUT DI MAJAPAHIT
(Editor : Elma Kusumah)
    Pada zaman dahulu di kerajaan Majapahit dirajai oleh raja yang bernama Raden Wijaya, beliau merupakan raja pertama yang bergelar Kartarajasa Jayawardhana, beliau juga tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan membantunya semenjak dahulu itu membagikan pangkat kepada mereka. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban dan yang lainpun diberi pangkat pula.
     Setelah menjadi raja, Raden Wijaya merasa tidak cukup hidup dengan satu istri, beliau mempunyai lima istri, empat diantaranya adalah putri mendiang raja Kartanegara dan yang terakhir dari melayu bernama Dyah Dara Petak.
     Ternyata Dyah Dara Petak mnjadi saingan yang paling kuat dari Dyah Gayatru, karena Dara Petak memang cantik jelita dan pandai, sang prabu sangat mencintainya, sehingga diberi nama Sri Indraswari.
    Terjadilah persaingan diantara para istri ini, yang tentu saja dilakukan secara diam diam namun cukup seru, persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang tentu saja akan mengangkat derajat dan kekuasan masing masing, kalau sang prabu sendiri kurang menyadari akan persaingan ini, pengaruh persaingan ini terasa benar pleh senopati dan mulailah terjadi perpecahan diam diam diantara mereka sebagai pihak yang bercondong kepasa Dyah Gayatri keturunan mendiang sang Prabu Kartanegara dan kepada Dara Petak ketrunan Melayu.
    Ronggo Lawe sebagai seorang yang amat setia sejak zaman prabu Kartanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri, namun karena segan kepada sang prabu Kertajasa yang bijaksan, persaingan dan kebencian yang dilakukan secara diam diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka.
   Pengangkatab ini banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar akan pengangkatan payij ini, merahlah muka adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita ini kedua istri nya mencegah adipati dan tidak didengarkan oleh kedua istrinya.
   Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe ini! seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang dan menghadap sang prabu dan melontarkan teguran teguran itu! Muka patih nambi sebentar pucat sebentar merah, kedua tangan nya dikepal dan dibuka dengan jari jari gemetar. Senopati Kebo Ambrang mukanya menjadi merah seperti udang direbus. Prabu Kartajasa memanggil Patih Nambi dan Prabu Kartarajasa mengumumkan Ronggo Lawe dan Patih Nambi lah yang menjadi patih kerjaan Majapahit.

    Sejak itu lah kerajaan Majapahit menjadi damai, maka ambilah keputusan dengan baik.


KEMELUT DI MAJAPAHIT
(Editor: ISMATUL NURHASANAH)
Semenjak Raden Wijaya menobatkan dirinya menjadi raja Majapahit pertama yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, lebih tepatnya pada tanggal 10 November 1293. Raden Wijaya juga mengangkat para pengikutnya yang dulu setia dan banyak membantu perjuangannya. Salah satunya adalah Ronggo lawe diangkat menjadi Adipati di Tuban dan yang lainnya pun diberi pangkat pula. Hubungan antara Raden wijaya dengan para pembantu sangatlah baik.
Namun terjadi guncangan yang mempengaruhi hubungan ini yaitu ketika sang Prabu telah menikahi empat putri mendiang raja Kertanegara, yaitu Dyah Tribunan, Dyah Nara Indraduhita, Dyah Jaya Inderadewi dan yang paling dikasihi raja adalah Dyah Gayatri, raja telah menikah lagi dengan seorang putri dari melayu yaitu Dara Petak atau Dyah Indreswari.
Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan Dara Petak setelah pasukan ekspedisi yang bernama pasukan pamalayu berhasil membawa pulang dua orang putri bersaudara dari melayu, maka diambilah Dara Petak sebagai istri kelima. Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini.
Terjadilah persaingan diantara para istri untuk memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri baginda. Pengaruh persaingan ini terasa oleh para Senopati dan mulailah perpecahan diantara mereka sebagai pihak yang mendukung Dyah gayatri dan sebagian lagi mendukung Dyah Petak.
Sebenarnya tidak ada hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara petak ke dalam kehidupan Sang Prabu, melainkan diangkatnya Senopati Nambi sebagai patih hamangkubumi yang merupakan hasil bujukan Dara petak
Pengangkatan ini membuat Ronggo lawe sangat marah ketika mendengar berita ini adipati Ronggo lawe sedang makan, ketika itu nasi yang sudah dikepalnya dibanting ke atas lantai dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.
Seketika itu Ronggo lawe datang menghadap raja tanpa dipanggil. Ronggo lawe menyembah dan berkata pada Sang Prabu dengan lantang “Hamba sengaja datang menghadap paduka untuk mengingatkan paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan diluar kesadaran paduka! Pengangkatan Nambi sebagai patih hamangkubumi sungguh kekeliruan yang sangat besar, tidak tepat dan tidak adil”. Semua senopati dan pembesar-pembesar yang pada saat itu menghadap dan mendengar ucapan ronggo lawe terkejut dan marah. Sang prabu menjawab dengan tenang “Bagaimana kakang ronggo lawe bisa mengatakan bahwa itu tidak tepat dan tidak adil?” Ronggo lawe berkata dengan lantang karena terdesak amarah “Tentu saja tidak tepat! Paduka juga tahu siapa si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang yang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa”.

Sejak itu Mahapati menghasut ronggo lawe untuk memberontak dan menjadi perang saudara pertama yang melanda Majapahit. Namun sayangnya, Sang Prabu tewas dan digantikan dengan Jayanegara. 




No comments:

Post a Comment

contoh surat jual beli tanah

SURAT JUAL BELI MUTLAK TANAH SAWAH Yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing bernama Odah, tempat di kampung  ......... Rt 02...