Friday 5 October 2018

Nama               : Sulastri Agustin
Kelas               : XII IPS 3

Kemelut di Majapahit
Sejak tahun 1293 abad ke-4 M. Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Para senopati di kerajaan tersebut mendapat pangkat dari Raden Wijaya. Dan yang menjadi  adipati di kerajaan Majapahit yaitu Ronggo Lawe, beliaupun diberi pangkat pula.
Setelah itu keempat putri mendiang Raja Kertanegara dinikahi oleh Sang Prabu, dan beliau pun telah menikahi seorang putri dari Melayu. Semenjak dari situlah hubungan junjungan antara pembantunya yang amatlah erat dan baik mengalami guncangan akibat pernikahan tersebut.
Keempat putri yang dinikahinya bernama Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, kedua adalah Dyah Nara Indradhuhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang selanjutnya sering disebut dengan Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih”. Putri bungsu yaitu Dyah Gayatri yang amat cantik jelita seperti dewi kahyangan, terkenal di seluruh negeri akan kecantikannya. Pasukan yang datang beberapa tahun lalu yang diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara menuju ke negeri Melayu. Pasukan tersebut bernama pasukan pamalayu yang di pimpin seorang senopati yang bernama Kebo Anbrang. Pasukan Pamalayu berhasil membawa pulang dua orang putri bersaudara. Diantara putri bersaudara tersebut Sang Prabu terpikat hatinya akan kecantikan sang putri yang bernama Dara Petak dan kemudian dinikahinya menjadi istri yang kelima. Dan ternyata Dara Petak mejadi saingan dari Dyah Gayatri. Istri termuda sang prabu diberi nama Sri Indrawari.
Terjadilah persaingan di antara para istri dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sang Baginda. Persainag tersebut terasa pengaruhnya oleh para senopati.
Sebagai seorang yang setia sejak Prabu Kertanegara, tentu saja Ronggo Lawe berpihak kepada Dyah Gayatri. Dari situlah terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Perak ke dalam kehidupan Sang Prabu. Setelah itu pengangkatan Patih Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi yaitu Senopati Nambi.
Adipati Ronggo Lawe marah ketika mendengar akan pengangkatan Patih Kerajaan Majapahit. Pada saat itu Adipati Ronggo Lawe sedang amkan yang selalu dilayani oleh para istrinya yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati.
Para istripun menghibur suaminya, dan juga memperingatkan penghinaan terhadap Dewi Sri karena telah melempar nasi ke lantai. Akan tetapi Ronggo Lawe bangkit membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua istrinya.
Seketika itu Ronggi Lawe menghadap raja tanpa di panggil. Di dalam kemarahan dan kekecewaan. Adipati Ronggo Lawe menghadap paduka untuk menyembah dengan suara lantang. Patih Nambi dan Senopati Kebo Anabrang merasa gemas akan perlakuan Ronggo Lawe. Lembu Sora pun tak mengira bahwa keponakannya seberani itu. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga memandang dengan mata terbelalak.
Tujuan dari pengangkatan tersebut merupakan suatu keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang-matang, dan mendapat persetujuan dari semua pihak yang terlibat. Ronggo Lawe masih bersikukuh dengan keputusannya bahwa senopati Nambi tidak layak menjadi patih kerajaan Majapahit. Karena Ronggo Lawe telah mengetahui sepak terjang si Nambi dahulu dia seorang bodoh, lemah, penakut, rendah budi dan sama sekali tidak berwibawa.
Setelah mengetahui semua kelakuan kakang Nambi yang bekerjasama dengan Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa merasa kecewa lantas apa yang dilakukan Nambi saat pemilihan patih hamangkubumi. Akhirnya kakang Nambi pun di penjara dan pengangkatan Patih hamangkubumi diganti oleh Ronggo Lawe.
Dan setelah pengangkatan tersebut di ganti oleh Ronggo Lawe, kehidupan di Kerajaan Majaphit menjadi aman, damai, tentra, dan terkendali.








ustify;text-indent:.5in;line-height:150%'> 



No comments:

Post a Comment

contoh surat jual beli tanah

SURAT JUAL BELI MUTLAK TANAH SAWAH Yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing bernama Odah, tempat di kampung  ......... Rt 02...