Kemelut di Majapahit
Malam yang sepi
diiringi angin yang begitu kencang, kedalam hembusan nafas. Pada malam itu
diceritakan kisah tentang pengangkatan Raja di Majapahit. Raja yang terkenal
dengan kekayaannya, Raja baru itu bernama Raden Wijaya.
Raden Wijaya menjadi
raja di Majapahit pertama yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak
pernah melupakan jasa-jasa para senopati yang setia dan banyak membantu
semenjak dahulu. Ia membagi-bagikan pangkat kepada mereka. Raden Wijaya diberi
tanggungjawab sebagai seorang pemimpin, Raden Wijaya harus menjadi pemimpin
yang bijaksana, adil dan harus mensejahterakan rakyatnya.
Di keadaan yang begitu
baik terjadilah guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika
Sang Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara telah
menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sebelum putri dari tanah Melayu
menjadi istri kelima, Sang Prabu telah mengawini semua putri mendiang Raja
Kertanegara. Hal ini dilakukan alasannya karena beliau tidak menghendaki adanya
dendam dan perebutan kekuasaan.
Keempat putri itu
adalah Dyah tribunan menjadi permaisuri, kedua Dyah Nara Indraduhita, ketiga
Dyah Jaga Indradewi. Dyah Gayatri adalah seorang perempuan yang cantik jelita
seperti seorang dewi kahyangan, ia terkenal oleh kecantikan, keanggunan yang
dipuja-puja oleh para sastrawan dimasa itu.
Pasukan Melayu merupakan
Pasukan yang berapa tahun diutus ke Negeri Malayu, pasukan itu dipimpin oleh
Kebo Anabrang/Mahisa Anabrang. Pasukan yang berhasil baik itu yang membawa
pulang pula dua orang putri bersaudara. Yaitu istri muda yang bernama Dara
Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat oleh kecantikannya Sang putri, maka
diambillah Dyah Dara Petak menjadi istri kelima. Ternyata bahwa Dara Petak
menjadi saingan yang sangat kuat dari Dyah Gayatri, karena memang Dara Petak
begitu cantik jelita. Sang Prabu sangat mencintai istri mudanya yang telah
diperistri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari.
Muncul persaingan
diantara para istri, supaya Raja tidak menaruh kasih sayang kepada Sri Baginda
terjadilah perdebatan secara diam-diam. Sang Prabu sendiri kurang menyadari
akan persaingan, pengaruh dari persaingan ini terasa lebih benar oleh para
senopati dan mulai terjadi perpecahan secara diam-diam diantara mereka.
Ronggo Lawe seorang
yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara berpihak kepada Dyah Gayatri,
tetapi hal yang membakar hati Ronggo Lawe yaitu pengangkatan Nambi sebagai
patih hamangkubumi, yaitu patih kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Sang
Prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa.
Mendengar akan
pengangkatan patih, marahlah muka Adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita
itu, Ronggo Lawe sedang makan, nasi yang sudah dikepal dibantingkan keatas
lantai dan kemarahan Adipati menggunakan aji kadigjayaannya, maka nasi itu
amblas ke dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berketok dan ujung meja
diremas menjadi hancur, istri Ronggo Lawe pun terkejut atas hal yang dilakukan
oleh suaminya sendiri. Ia membujuk Ronggo Lawe agar menenangkan hati dan
pikirannya lagi.
Ronggo Lawe sudah
terlanjur kesal, tidak lama kemudian Ronggo Lawe pergi menemui Sang Prabu. Pada
saat itu Sang Prabu sedang dihadap oleh Para Senopati dan Bunggawa, dan para
Senopati terkejut sekali ketika melihat Ronggo Lawe dating menghadap Raja tanpa
dipanggil. Sang Prabu juga memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan
hatinya. Sang Prabu segera menyapa Ronggo Lawe, dengan hati yang sabar dan
tenang. Raja sudah terkenal sebagai pemimpin yang adil, bijaksana dan sangat
baik kepada para rakyatnya. Tetapi, Raja terayu oleh bujukan dari istri muda
dan cantik jelita yang bernama Dara Petak. Sang Prabu pun bahkan tersenyum
memadang kepada Ronggo Lawe sambil berkata “Kakang Ronggo, tindakkanku
mengangkat kakang Nambi sebagai patih hamangkubumi, bukanlah merupakan tindakan
ngawur belaka, melainkan telah menjadi suatu keputusan yang telah
dipertimbangkan masak-masak”.
Mendengar jawaban Sang
Prabu, Ronggo Lawe sangat kecewa. Pada akhirnya persaudaraan mereka menjadi
terputusnya silaturrahmi, Sang Prabu yang telah membakar hati Ronggo Lawe.
Ronggo Lawe meninggalkan kerajaan tersebut dengan penuh kemarahan.
No comments:
Post a Comment