Friday 12 October 2018

Kemelut di Majapahit

Ketika Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama yang bergelar Kertajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa para senopati yang setia  membantunya sebelum Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit. Salah satunya Ronggo Lawe diangkat menjadi Adipati di Tuban. Raden Wijaya bersama para senopati memiliki hubungan yang sangat baik. Tetapi, adanya guncangan pertama setelah sang prabu menikahi empat putri mendiang Raja Kartanegara, lalu menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu yang dijadikan istri kelimanya. Sang Prabu mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara karena beliau tidak ingin adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak. Keempat orang putrinya itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, kedua adalah Dyah Nara Indradhuhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang keempat adalah Dyah Gayatri  putri bungsu dari mendiang Kertanegara yang menjadi istri Raja Kertarajasa yang paling dikasihinya.
Datanglah pasukan pamalayu yang di pimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang pasukan ini berhasil membawa pulang dua orang putri bersaudara. Putrid yang kedua masih muda yang bernama Dara Petak, ia telah memikat hati sang Prabu dengan kecantikanya. Maka dijadikanlah Dara Petak sebagai istrinya. Setelah itu, terjadilah persaingan antara Dyah Gayatri dengan Dyah Dara Petak dalam memperebutkan perhatian sang prabu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Raja Kertarajasa. Persaingan ini mengakibatkan perpecahan diam-diam diantara mereka karena Ronggo Lawe berpihak kepada Dyah Gayatri, tetapi persaingan tersebut tidak sampai menjalar dan tidak berlangsung lama.
Pengangkatan patih hamangkubumi yaitu patih kerajaan Mojopahit diangkat oleh sang prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja yaitu Senopati Nambi. Ternyata hal tersebut mengejutkan Adipati Ronggo Lawe yang sedang makan, seperti biasa dilayani kedua orang istrinya yaitu Dewi Mertorogo dan tirtowati. Mereka berusaha menghibur suaminya yang sedang marah, tetapi Ronggo Lawe tetap ingin berangkat ke Mojopahit bersama Mego Lamat yaitu seekor kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe yang amat indah dan kuat. Kedua istri tersebut mengkhawatirkan suaminya yang sedang marah itu. Tak lama kemudian, Ronggo Lawe pun sampai di Mojopahit. Pada saat itu, Sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa. Mereka semua terkejut saat melihat Ronggo Lawe datang menghadap raja tanpa dipanggil. Raja Kertarajasa terkejut saat mendengar ucapan Ronggo Lawe yang lantang karena mereka semua mengenal sifat dan watak Ronggo Lawe yang selalu terbuka, polos, jujur dan tidak pernah mundur dalam membela gal yang dianggao benar.
Ronggo Lawe meragukan keputusan Raja Kertarajasa dan dianggap tidak bijakasana, serta menganggap snag prabu telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara dari belakang. Ia juga berani melontarkan teguran-teguran kepada Raja Kertarajasa. Semua terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani mencampuri karena mereka menghormati sang prabu.
Sang prabu Kertarajas tetap tenang, bahkan tersenyum memandang kepada Ronggo Lawe dan raja tetap berkata dengan halus, serta menjelaskan suatu keputusan yang telah dipertimbangkan dan telah mendapat persetujuan dari semua paman dan kakang senopati dan semua pembantu.
Namun Ronggo Lawe tidak puas akan sikap sang prabu yang terus bersikap tenang kepada Ronggo Lawe, akhirnya Ronggo Lawe meninggalkan kerajaan dengan penuh kekecewaan. Setelah beberapa hari kemudian, Ronggo Lawe mempunyai rencana untuk menyerang kerajaan Nambi serta segera mengerahkan semua pasukannya untuk segera bersiap-siap. Hal tersebut dilakukan Ronggo Lawe karena ia ingin membuktikan kepada Raja Kertarajasa bahwa Nambi dan Dara Petak bersekongkol untuk menghancurkan kerajaan Majapahit.
Kemudian, Raja Kertarajasa mengetahui semua kebusukan Nambi dan Daya Petak, mereka pun diberi hukuman penjara seumur hidup. Raja Kertarajasa merasa dirinya bersalah kepada Ronggo Lawe, beliau segera mengerahkan pasukannya untuk segera mencari Ronggo Lawe.
Akhirnya Ronggo Lawe diangkat sebagai Patih di kerajaan Majapahit dan semenjak itupun kerajaan Majapahit tidak lagi mengalami masalah, mereka pun hidup aman dan tentram.










No comments:

Post a Comment

contoh surat jual beli tanah

SURAT JUAL BELI MUTLAK TANAH SAWAH Yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing bernama Odah, tempat di kampung  ......... Rt 02...